Oleh : Ustad Bilal Fahrur Rozie Lc
Alhamdulillah sekarang kita sudah memasuki bulan Rajab. Sebenarnya, bulan Rajab bukan bulan biasa. Ia adalah salah satu bulan haram yang menurut Islam dilarang untuk berperang pada bulan itu dan salah satu bulan mulia.
Ketika Haji Wada’, Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam berpesan,”Sesungguhnya waktu sudah berputar sebagaimana mestinya ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Darinya ada empat bulan haram. Tiga bulan berurutan, Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah dan Muharram serta bulan Rajab yang ada di antara bulan Jumadil Akhir dan Sya’ban.” Karena bulan Rajab ialah salah satu bulan haram, maka pada bulan itu ada kemuliaan yang tentu tidak ada di bulan-bulan selainnya. Selain larangan untuk berperang, ada sebuah cerita menarik yang disampaikan oleh Abdulllah bin Amr bin Ash – salah satu shahabat Rasulullah – berkaitan dengan keajabian bulan Rajab.
Amr bin Ash ketika hendak menceritakan keajaiban-keajaiban yang terjadi di dunia, ia mengatakan,”Ada sebuah daerah yang memiliki tiang dari tembaga. Sekelilingnya terdapat pepohonan dari tembaga. Ketika datang bulan-bulan haram, keluar air yang menetes dari pohon itu. Dengan tetesan air itu, danau yang ada di daerah tersebut penuh dengan air. Penduduk daerah itu pun bisa menyirami tumbuhan mereka dan memberi minum ternak mereka. Namun, ketika bulan haram selesai, air itu tidak keluar.”
Dari segi nama pun, Rajab memiliki arti ‘Yang Agung’ karena memang pada bulan ini, orang-orang jahiliyyah sangat mengagungkan bulan mulia ini. Sehingga banyak amalan yang disangka amalan baik di bulan Rajab, padahal dalam Islam, semua itu tidak disunnahkan.
Salah satu amalan yang sering dilakukan orang Jahiliyyah di bulan Rajab ialah menyembelih hewan di bulan ini. Orang-orang Jahiliyyah dulu, menyebut hewan yang akan mereka sembelih di bulan Rajab dengan sebutan ‘atirah’. Dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,”Tidak ada fara’ dan atirah dalam Islam.” Fara’ ialah hewan yang pertama lahir dari seekor unta atau kambing dan disembelih sebagai persembahan untuk berhala. Sedangkan atirah ialah hewan yang dipersiapkan untuk disembelih di bulan Rajab. Kedua persembahan ini dalam Islam dihapuskan dan tidak boleh dijalankan. Di hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam An Nasa’I, para shahabat pada saat itu bertanya kepada Rasulullah tentang atirah. Rasulullah pun menjawab,”Sembelihlah hewan karena Allah di bulan apa saja. Berbuat baiklah dan berikanlah makanan.” Artinya, tidak boleh kita mengkhususkan bulan Rajab untuk menyembelih hewan. Yang boleh ialah menyebelih hewan di bulan apa saja, namun niatnya harus lillahi ta’ala bukan karena mengagungkan bulan tertentu.
Amalan berikutnya yang sering dilakukan di bulan Rajab ialah sholat raghaib. Sholat raghaib ialah sebuah sholat yang dilaksanakan pada jumat pertama dari bulan tersebut. Sholat ini tidak ada dasarnya, baik dari Al Qur’an maupun hadits. Dengan demikian, sholat ini bid’ah dan tidak boleh dilakukan sama sekali.
Adapun puasa, tidak ada dalil yang shohih dari hadits maupun perkataan shahabat tentang keutamaan puasa di bulan ini. Bahkan ada sebuah cerita menarik dari Umar bin Khattab perihal puasa Rajab. Suatu saat, Umar radhiyallahu ‘anhu pernah memegang pundak orang-orang di sekitar beliau ketika mereka melakukan puasa Rajab dan menarik mereka ke depan jamuan makanan. Beliau pun mengatakan,”Bulan Rajab itu apa ? Bulan Rajab ialah bulan yang dulu diagungkan oleh orang-orang Jahiliyyah pada zaman dahulu. Ketika Islam datang, hal itu ditinggalkan.”
Ada pula sebuah doa terkenal yang biasa diucapkan di bulan Rajab,’Allahumma baarik lanaa fi rajaba wa sya’ban wa ballighna Ramadhan’. Hadits ini pun menurut Ibnu Rajab Al Hanbali tidak shahih. Sehingga tidak bisa dikaitkan dengan keutamaan bulan Rajab.
Meskipun demikian, para ulama sangat mengharapkan untuk bisa meninggal di bulan Rajab. Hal itu karena bulan Rajab termasuk bulan haram. Diharapkan dengan meninggalkan mereka di bulan itu, bisa diselamatkan dari api neraka. Kita pun juga tidak boleh lengah. Bulan Rajab ialah bulan yang penting karena ia sangat dekat dengan bulan Ramadhan. Abu Bakar Al Balkhy mengatakan,”Bulan Rajab ialah bulan untuk menanam. Bulan Sya’ban ialah bulan pemeliharaan dan penyiraman. Sedangkan bulan Ramadhan ialah bulan panen.” Apabila ingin panenan kita di bulan Ramadhan melimpah ruah, hendaknya kita sebagai petani amal mulai menanam benih kebaikan di bulan ini. Semoga ketika dipertemukan oleh Allah dengan bulan Ramadhan, kita sudah siap dan bisa memaksimalkan buah Ramadhan dengan sebaik-baiknya.