Oleh Tuti Patmawati
Saudari-saudariku yang dirahmati Allah Subhanahu wataala. Kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wataala kita masih diijinkan untuk menikmati ibadah di 10 hari yang utama, hari yang paling utama di dunia ini yaitu 10 hari pertama di Bulan Dzulhijah, dan ini adalah puncaknya yaitu tanggal 10 di Bulan Dzulhijah dimana disebut dengan Hari Idul Adha atau Idul Qurban. Hari ini tanggal 10 Dzulhijah jamaah haji yang sedikit jumlahnya dikarenakan pandemi Covid-19 bahkan sangat dibatasi jumlahnya dan sangat sedikit yang biasanya jutaan orang hari ini tanggal 10 Dzulhijah berkumpul di Mina setelah kemarin mereka melaksanakan rukunnya haji yaitu wukuf di Arafah, maka jumlah yang sedikit hari ini mereka juga sedang ada di Mina untuk melaksanakan lempar jumrah. Semoga Allah Subhanahu Wataala memberikan kepada umat Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam perlindungan, diberikan Allah solusinya untuk menjaga mereka, kita semuanya dari pandemi ini dan semoga Allah Subhanahu Wataala menerima seluruh amal ibadah yang mewakili muslimin yang biasanya jutaan orang melaksanakan ibadah haji, dan semoga Allah Subhanahu Wataala memudahkan kita semua mukminin mukminat yang belum melaksanakan ibadah haji semoga Allah Subhanahu wataala memudahkan untuk sampai di tanah sucinya. Aamiin. Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. Allahu Akbar walillah ilham.
Saudariku yang dirahmati Allah Subhanahu Wataala, Idul Adha selalu tidak pernah terpisahkan dari kisah Nabiyullah Ibrahim Alaihi Salam dan Nabiyullah Ismail Alaihi Salam. Lihatlah kepasrahan dan pengorbanan Nabiyullah Ismail Alaihi Salam dan ayahnya Nabiyullah Ibrahim Alaihi Salam, mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan cinta Allah, kasih sayang Allah walaupun yang dikorbankan adalah diri Nabiyullah Ismail Alaihi Salam, yang kisah keduanya dicantumkan di dalam Al-Qur’an hari tanggal 10 Dzulhijah ini dalam Islam diabadikan dari kisah itu semuanya dengan satu sebutan kata yaitu Idul Adha. Al Adha yang dikenal dengan istilah Udh-hiyah yang artinya qurban, kurban dalam arti menyembelih binatang sebagaimana dalam aturan Islam disebut dengan Adha, Udh-hiyah itulah kata qurban muncul, asli artinya adalah pengorbanan. Karena sesungguhnya kita hari ini sedang ada di satu hari dimana sesungguhnya ini adalah hari pengorbanan itu, kalaupun hari ini kita memotong apapun itu, domba, kambing, sapi, apapun itu, onta, mungkin kerbau, tetapi itu Allah Subhanahu Wataala berfirman yang sampai pada Allah itu bukan dagingnya, bukan darahnya, darahnya kita buang ke tanah, dagingnya kita nikmati bersama. Yang sampai kepada Allah Subhanahu Wataala bukan darah dan dagingnya tetapi ketaqwaan diantara kalian. Ketika orang mengorbankan binatang ternak untuk kita bagi kita nikmati itu, disana ada nilai pengorbanan kita, disana ada cinta kita, disana ada ketaatan kita pada Allah dan Rosulnya. Itulah yang sampai kepada Allah dan itulah yang dicatat. Dagingnya, darahnya Allah tidak memerlukan itu semuanya. Artinya, kita menyembelih binatang itu hanyalah merupakan sebuah perlambang disisi Allah Subhanahu Wataala, hanya sebuah isyarat bahwa kita siap berkurban untuk Allah Subhanahu Wataala. Dan hidup ini adalah pengorbanan, makanya di dalam Islam karena ini dilatih setiap tahun, dan berkurban itu Bapak Ibu bagi muslimin ini bukan satu-satunya. Seluruh kehidupan muslimin adalah pengorbanan. Karena hidup ini adalah pengorbanan. Karenanya muslimin sangat terbiasa, sangat terbiasa mengorbankan apa saja hidupnya, jangankan hanya masalah harta, jangankan hanya masalah harta sedikit yang tidak seberapa yang Allah titipkan kepada kita. Kita ini muslimin siap mengorbankan nyawa kita di jalan Allah Subanahu Wataala. Bacalah kisah orang-orang besar dalam Islam bagaimana mereka menghadapi kematian fii sabilillah dengan tersenyum. Bagaimana mereka berlomba untuk menjemput kematian syahid itu dengan tersenyum. Amr bin Jamuh Radhiyallahu anhu, sahabat Nabi Shollallahu alaihi wassalam sudah tua, ketemu Nabi masuk Islam baru umur 60 tahun, jadi bersyukur kalau di kita umur 60 tahun sudah lama muslim, sudah lama menjadi orang baik kita syukuri. Amr bin Jamuh sahabat nabi, karena dia sadar sudah terlambat untuk kenal dan masuk islam , maka ketika panggilan perang uhud bulan Syawal tahun 3 Hijriyah maka Amr bin Jamuh yang memiliki 4 putera yang gagah-gagah dan luar biasa pemberani itu muslim-muslim yang luar biasa. Amr bin Jamuh datang ke Nabi beserta anak-anaknya kemudian minta ijin ke Rasullullah, “Ya Rasulullah, putra-putraku melarangku berbuat kebajikan. Mereka keberatan jika aku turut berperang karena sudah tua dan pincang. Demi Allah, dengan pincangku ini, aku bertekad meraih Syurga. Ijinkanlah aku ikut berjihad Wahai Rasulullah”, padahal Amr bin Jamuh sudah tua, dalam Islam orang kalau sudah tua, maka diijinkan untuk tidak usah ikut berperang, karena sudah tua, biar diteruskan anak muda-muda. Ditambah lagi Amr bin Jamuh cacat karena kakinya pincang. Dan Allah Subhanahu wataala berfirman tentang orang-orang yang sakit, tentang orang-orang yang pincang, bahwa mereka tidak perlu untuk ikut berjihad, maka terjadilah perdebatan antara orang tua dan anak, perdebatan tentang pengorbanan hidup yang berharga yaitu nyawa manusia, dia siap korbankan nyawanya maka Nabi berkata kepada Amr bin Jamuh, kata Nabi Shollallahu alaihi wassalam berkata kepada Amr bin Jamuh, orang yang seperti di usia mu dan sakit sepertimu sesungguhnya tidak ada kewajiban untuk berperang, tapi nabi juga berkata pada anak-anaknya untuk kalian berempat kalian juga tidak punya hak untuk menolak ayah kalian untuk berangkat jihad. Kemudian Amr bin Jamuh berkata kepada Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wassalam, “Demi Allah, dengan pincangku ini, aku bertekad meraih Syurga”, maka Amr Bin Jamuh tidak bisa ditahan, dia pergi ke medan perang dan jihad perang uhud. Di perang uhud kita tahu Muslimin sempat mengalami kekalahan, muslimin kalah, rosul terluka berat,bahkan gigi Rosulullah patah, kemudian Amr bin Jamuh berteriak-teriak di hadapan sahabat lain “…mengapa kalian berhenti?, mengapa kalian duduk?, saya mencium aroma syurga dari balik gunung uhud ini”. Dan hari itu adalah hari syahidnya Amr bin Jamuh ra. Muslimin terbiasa mengorbankan apa saja bahkan yang paling mahal dalam hidupnya untuk Allah Subhanahu Wataala. Dan itulah kehidupan orang-orang yang beriman, maka kalau hari ini adalah hari idul Adha, Ied pengorbanan, bayangkan Ied itu adalah hari raya, hari ini kita dilarang puasa, tiga hari ke depan hari tasyrik juga dilarang puasa, hari ini dan tiga hari (hari-hari tasyriq) kedepan disebut Nabi hari makan, hari minum, hari berdzikir dan kemudian hari suami istri. Empat hal yang Nabi sebut tentang hari ini. Kenapa Hari Ied kita tidak boleh berpuasa, hari ini kita akan menikmati bersama makan minum itu juga adalah perintah syariat. Puasa juga merupakan perintah syariat, makan-makan, minum-minum juga perintah syariat. Dua-duanya perintah syariat, artinya dua-duanya mulia, dua-duanya mendapatkan pahala. Bayangkan, ied itu adalah cenderung orang santai, nyaman, orang makan-makan, orang minum-minum, bahasa orang hari ini berpesta, walaupun itu bahasa yang kurang pas. Tapi Ied, hari Ied, apa yang sedang kita rayakan? Yang kita rayakan adalah pengorbanan. Adha. Mana ada pengorbanan dirayakan, dimana-mana pengorbanan itu adalah sesuatu yang perlu perjuangan, orang mungkin terpaksa untuk mengorbankan sesuatu, tapi dalam Islam pengorbanan dirayakan. Idul Adha kita rayakan pengorbanan ini, saat kita mengorbankan apa saja untuk Allah, kita korbankan usia kita, kita korbankan waktu kita, kita korbankan harta kita, kita korbankan apa saja, bahkan nyawa kita untuk Allah, maka itu adalah hari Ied. Hari dimana kita berkorban demi Allah, maka itu adalah hari Ied kita, itu adalah hari raya kita. Allahu Akbar.. Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillah Ilham,
Saudariku yang dirahmati Allah Subhanahu Wataala, karenanya kita bersyukur kepada Allah, ketika kita dijadikan orang-orang yang beriman, hidupnya semuanya indah, keadaan apapun semuanya indah, asal kita bersama Allah Subhanahu Wataala. Dan kita ini diminta untuk beramal semampunya, diminta fattaqullah mastatho’tum, bertakwalah kepada Allah semampu kalian (Q.S At Taghabun:16), apa yang bisa kita lakukan, kita lakukan, tidak ada yang tidak mungkin. Kata Nabi jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebutir kurma, satu biji kurma. Apa maksudnya kalau kita kasih sebutir kurma kepada orang lain, jangan-jangan dialah yang menjaga kita dari api neraka nanti. Dengan keikhlasan kita walaupun hanya sebutir kurma kita berikan kepada orang lain penuh dengan keikhlasan dan kecintaan kita, kita berikan mungkin itu yang menjaga kita dari api neraka. Maka bertakwalah kepada Allah walaupun hanya sebutir kurma. Kalimat itu membuat para sahabat Nabi terus berlomba,bahkan nabi mengatakan siapa yang membangun masjid, walau masjid itu hanya sebesar sangkar burung, tidak ada masjid sebesar sangkar burung, artinya sekecil apapun yang bisa kita berikan walau masjid hanya sebesar sangkar burung, maka Allah akan bangunkan rumah di syurga. Begitu indah dan istimewa. Semoga semakin barokah hidup kita, dan bahwa di dalam islam kita hidup dengan pengorbanan, hidup ini adalah pengorbanan, kita punya apapun kita korbankan untuk Allah Subhanahu Wataala, punya harta, harta kita korbankan, punya waktu, waktu kita korbankan, kita punya usia, usia kita korbankan karena Allah, bahkan jangankan itu, nyawa pun siap dikorbankan fii sabilillah. Kalaupun tidak, maka orang hanya datang membawa dirinya, bahkan orang datang dengan membawa niatnya, maka kalau ikhlas karena Allah, maka Allah menilai sebagai sebuah pengorbanan. Dan itulah mengapa tidak akan pernah masuk di dalam islam orang hidup egois sendiri-sendiri, dan ada satu ungkapan yang mengatakan bahwa kalau ada sikap yang egois, sikap egoisme itu kalau masuk di sebuah pintu, maka kebahagiaan keluar dari jendelanya. Kalau dia datang, hidup ini egois, terasa hidup sendiri maka sesungguhnya bahagia itu akan keluar satu per satu dari kehidupan kita, maka raihlah bahagia dengan cara berkurban fii sabilillah dan kita berdoa semoga Allah berkahi di hari yang sangat agung, hari yang sangat mulia ini semoga Allah kabulkan doa-doa kita, semoga Allah terima seluruh amal ibadah kita, semoga Allah muliakan kita dan keluarga-keluarga kita semuanya dan semoga Allah Subhanahu wataala menerima seluruh pengorbanan kita dan menjaga kita dan muslimin dari seluruh mara bahaya. Amiinn Allahumma aamiin.